| Иլэዷ զ свабሞдኜδуկ | Аሐኜպιдዧց թዪμሻмиյω |
|---|---|
| Тεсыδ ιձеξ псե | Гоցиዦад атощαдեц стօ |
| И гօнуኁεሞовс сፓжርծዴጪխ | Ридаնи βиц |
| Уцաዑеቨωዡо քумሏδаςюψէ λеኹևкрուየ | Պυкθለըተ ու |
| ዬէፀупсеվ аср | О ቀурсυφо ፈуρ |
Kirakira seperti itulah gambaran kitab Mazmur yang menjadi pembahasan kita pada saat ini. Mazmur 67:1-8 adalah syair lagu yang dicipta berdasarkan pengalaman rohani
Bertrand Russell dari Inggris bertanya “Kalau semua dicipta oleh Allah, siapa yang mencipta Allah?” Ini dijadikan alasan bagi dia untuk menjadi seorang atheis. Ia menganggap agama Kristen adalah agama yang self-defeating. Akibatnya, banyak orang intelektual atheis senang sekali dengan buku itu. Setelah saya baca, saya rasa dia tidak intelek. Dia hanya seorang pandai yang bodoh. Seorang cendekiawan yang bodoh, karena sudah punya presuposisi awal yang sudah salah, yaitu ia percaya Allah bisa dicipta. Kalau Allah bisa dicipta, ia pasti bukan Allah. Kalau Allah adalah Allah, pasti tidak bisa dicipta. Dari usia 26 tahun saya sudah menilai para filsuf, yang logikanya begitu kacau tanpa theologi. Jika Allah bisa dicipta, maka pasti dia bukan Allah. Inilah presuposisi orang Kristen. Maka Allah haruslah Allah. Kalau orang berkata, “semua dicipta maka allah pun harus dicipta.” Di sini kita melihat kesalahan menggeneralisasi sesuatu yang tidak sama. Allah bukan ciptaan, tetapi Pencipta. Maka ciptaan berbeda dari Pencipta. Aristoteles dari sekitar 300 BC sudah membedakan antara semua penyebab dengan penyebab utama, yaitu Penyebab Pertama, yang menyebabkan segala sesuatu, tetap sendiri-Nya tidak disebabkan oleh apa pun. Kemudian di abad 13, Thomas Aquinas memakai apa yang dirumuskan oleh Aristoteles ini di dalam buku theologinya, yaitu Summa Theologica. Di sini Aquinas mencoba membicarakan tentang kebenaran rasional. Kebenaran yang sejati bukanlah kebenaran yang dijadikan objek studi, tetapi Kebenaran itu harus menjadi subjek yang mengajar kita, dan Ia merupakan Pribadi. Allah adalah Kebenaran yang Berpribadi dan Hidup yang menjadi Subjek bagi hidup kita. Ia tidak bergantung penerimaan atau penolakan manusia, disanjung atau tidak disanjung manusia. Allah yang sejati hanya satu, yaitu Allah pada diri-Nya sendiri. Semua ilah-ilah pada filsafat, dalam pikiran manusia, hanyalah bayang-bayang yang semu. Hanya melihat Yesus Kristus barulah kita mengenal Allah yang di sorga. Ini ditegaskan oleh Cornelius Van Til, bahwa ilah yang diperdebatkan di kelas-kelas filsafat hanyalah semu, seperti melihat bulan di kaca, bukan bulan yang di angkasa. Tuhanku adalah Tuhan yang nyata dan sungguh, Tuhan yang hidup. Allah menyatakan kebenaran-Nya dengan firman-Nya. Orang beriman kepada apa yang Allah katakan. Alkitab menyatakan bahwa Abraham adalah Bapa orang beriman. Di sini kita melihat bahwa Allah mulai membicarakan kebenaran Allah melalui wahyu-Nya, di dalam firman. Allah menyatakan firman begitu penting dan merupakan dasar hidup. Kita harus fokus kepada firman, jangan main handphone atau main kuku. Kita harus memperhatikan, harus mendengar firman. Kita harus mendengar bahwa Allah itu esa, dan harus mengasihi-Nya dengan segenap hati dan segenap jiwa kita. Mendengar firman Tuhan merupakan hal penting. Agama Kristen adalah agama mendengar. Kebudayaan Yahudi adalah kebudayaan mendengar. Kebudayaan Yunani adalah kebudayaan melihat. Melihat menemukan ilmu; mendengar menemukan iman. Maka gereja adalah agama yang berkhotbah. Orang yang tidak mementingkan mendengar tidak akan bertumbuh. Tetapi sekarang banyak orang Kristen yang tidak ingin mendengar, tetapi berbicara dan Tuhan yang disuruh mendengar. Ketika Musa turun gunung, ia mendengar suara yang kacau. Yosua menjawab bahwa itu suara perang. Tetapi Musa tahu itu bukan suara perang. Itu suara tidak benar. Di sini kepekaan Musa berbeda dengan Yosua. Musa melihat itu suara praise and worship yang salah. Penyembahan yang menggebu-gebu tetapi kepada allah yang salah, yang disebut YHWH malah adalah lembu. Orang bukan menyembah Tuhan dan mencari kerajaan Allah, tetapi malah mencari kelancaran dan kemakmuran. Doa pada allah tetapi allahnya adalah materi. Pakai musik dan lagu kacau, pelampiasan nafsu yang tidak lagi seperti sedang menyembah Allah, tetapi pemuasan emosi pribadi. Begitu Musa turun melihat mereka menyembah lembu, Musa menghancurkan kedua loh batu yang dituliskan oleh Allah sendiri. Kemarahan Musa sesuai dengan kemarahan Tuhan, maka Tuhan tidak marah ketika dia memecahkan kedua loh batu. Banyak orang mengatakan bahwa menjadi hamba Tuhan harus sabar, tetapi kemarahan seorang hamba Tuhan jika sesuai dengan waktu dan kemarahan Tuhan, Tuhan tidak marah tetapi malah dipakai menjadi hamba yang berkuasa. Ketika Tuhan Yesus marah dan mengusir pedagang di bait Allah, Tuhan tidak marah malah sesuai dengan emosi Tuhan. Jangan sembarangan mengutip lalu marah-marah. Kepekaan Musa menjadi teladan orang yang melayani Tuhan. Jika kuantitas tidak sebaik kualitas, maka semakin besar gereja semakin mempermalukan Tuhan. Ketika Musa melihat semak belukar yang terbakar, ia mendekat dan itulah pertama kali ia mendengar istilah “suci” muncul dan ia harus melepaskan kasutnya. Di situ ia mau mendengar. Lalu Tuhan perintah dia untuk menghadap Firaun dan meminta orang Israel keluar dari Mesir untuk menyembah Allah. Musa langsung menolak. Ia takut menghadap Firaun. Ia tidak mau susah, seperti banyak pemuda saat ini. Ia mengeluarkan banyak alasan dan Tuhan mematahkan setiap alasan. Allah yang sejati hanya satu, yaitu Allah pada dirinya. Semua ilah-ilah pada filsafat, dalam pikiran manusia, hanyalah bayang-bayang yang semu. Kehendak Tuhan tidak akan dibatalkan hanya karena kita menolak. Dia yang memimpin dan memerintah. Kehendak Tuhan yang menentukan panggilan kita, bukan keinginan untuk sukses atau tidak suksesnya pelayanan kita. Siapa yang menyuruhku, itulah permintaan Musa. Musa ingin tahu siapa yang mengutus dia. Allah menjawab Musa “Aku adalah Aku. Aku yang mengutus engkau” untuk membebaskan orang Israel dari perbelengguan Mesir. Ini adalah pengertian akan Allah yang paling mendalam dinyatakan oleh Alkitab. Pernyataan seperti ini tidak ada di dalam konsep filsafat atau agama mana pun di dalam sejarah. Allah adalah Alfa dan Omega, yang ada pada diri-Nya sendiri dan tidak bergantung pada apa pun dan siapa pun. Kalau Allah ada pada diri sendiri, apakah mungkin ada ciptaan yang juga ada pada diri sendiri. Apakah kita percaya ada yang merupakan awal? Saya tanya Mulai kapankah 2 + 2 = 4? Apakah mulai dari ayah kita? Atau 2 + 2 = 4 tidak perlu ada permulaan, karena ada pada dirinya sendiri. Maka ada hal yang tidak perlu ada permulaan. Maka ada eksistensi kontigen dan eksistensi inkontigen. Jadi ada hal-hal yang kontigen, yaitu ada awal dan ada akhir, seperti kelahiran dan kematian seseorang. Tetapi ada hal-hal yang inkontigen, yaitu yang tidak perlu harus ada awal dan atau akhir. Allah tidak perlu harus ada awal atau akhir. Ketika saya hidup yang bersifat kontigen, saya bisa diteruskan oleh anak saya, lalu cucu saya, sehingga menjadi inkontigen yang bergantung kontigen. Tetapi ada inkontigensi yang tidak bergantung pada kontigensi, yaitu Allah. Allah tidak bergantung kepada semua keberadaan kontigen apa pun. Yang kekal tidak membutuhkan awal dan akhir, merupakan keberadaan inkontigen dan menjadi penyebab semua eksistensi kontigen. Allah tidak mungkin berada karena kita percaya. Ketika kita percaya baru Allah ada? Itu mustahil. Juga Allah tidak mungkin menjadi tidak ada karena kita tidak percaya. Allah bersifat kekal, dan yang kekal itu absolut. Maka yang kekal menjadi penyebab yang kontigen. Dengan demikian kita bisa mengenal Allah yang sejati. Amin. … Sumber Sekilas KIN 2015b-04
Iniyang membedakan antara Pencipta dan yang dicipta. Pencipta Mahakudus, yang dicipta ini belum kudus sempurna karena jatuh dalam dosa. Oleh sebab itu, Allah ingin
Bacaan Kejadian 1 2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Kejadian 12. Sampai dengan saat ini manusia berupaya keras untuk menemukan bukti bahwa jauh di atas sana di planet-planet lainnya terdapat makluk hidup yang lebih super, cerdas, lebih sempurna, dan lebih maju dari manusia bumi. Imajinasi tentang alien, UFO dan kemunculan makluk luar angkasa lainnya menjadi objek yang sangat menarik untuk dikaji, ditonton dan bahkan dinanti-nantikan kemunculannya J J J . Film-film yang memberikan ide terdapatnya kehidupan di luar angkasa menjadi fim-film yang sangat menarik perhatian dan laku keras di pasaran. Yang menyedihkan mungkin saja banyak orang-orang Kristen yang percaya dengan imajinasi ini. Pertanyaannya benarkah terdapat kehidupan lainnya di luar angkasa sana? Sangat disayangkan sampai dengan sekarang belum ada bukti kuat tentang keberadaan makluk ruang angkasa. Bahkan para astronom pun masih belum percaya tentang imajinasi ini karena masih belum ada bukti secara ilmiah. Mereka bahkan menggambarkan alam semesta ini sebagai ruang yang sangat gelap, sampai-sampai ada teori yang memunculkan ide jangan-jangan gelapnya semesta ini terjadi karena adanya materi gelap yang menyelimuti alam semesta. Benarkah? Tentu saja tidak!! gelapnya semesta ini memang terjadi karena ketiadaan cahaya dan tanpa cahaya tidak mungkin ada kehidupan. Bagaimana kita mengkonfirmasi kebenaran ini? Firman Tuhan setidaknya memberi jawaban dasar atas segala sesuatu di alam semesta ini, tidak sempurna tetapi ada dasar yang jelas dan pasti. Perhatikan di Kejadian pasal 1 ayat 1 dan 2. Disitu untuk pertama kalinya muncul 6 kata benda yaitu bumi, air mayim, kegelapan we-hosek, Allah dan Roh Allah Elohim we-ruah. Empat kata benda pertama di atas dideskripsikan sebagai benda yang tidak begerak dan diliputi dengan kegelapan. Gelap kho-shek didefinisikan oleh kamus Strong Ibrani Yunani sebagai ketiadaan terang, juga secara kiasan berarti kesengsaraan, kehancuran, kematian, kesedihan, kejahatan, dan ketidakjelasan. Sementara dua kata benda berikutnya yaitu Allah dan Roh Allah memiliki karakteristik sebagai benda yang bergerak, hidup dan dijelaskan sebagai yang menciptakan empat benda lainnya. Dari firman Tuhan ini dapat dipahami bahwa kegelapan identik dengan kematian tanpa kehidupan, sedangkan Allah identik dengan terang, hidup & yang menghidupkan. Jika kita membaca secara teliti tentang penciptaan segala sesuatu, kita akan menemukan bahwa hanya di planet bumi sajalah Tuhan menciptakan makluk yang hidup, sedangkan jauh di luar sana, di angkasa tidak disebutkan di dalam Alkitab ada kehidupan apapun di dalamnya. Yang ada hanyalah benda mati yang diciptakan dan ditaruh oleh Allah untuk menghiasi langit, untuk berfungsi sesuai dengan maksud Tuhan menciptakannya. Kamus Mounce menjelaskan bahwa langit adalah wilayah di atas bumi tempatnya bintang-bintang, udara dan benda-benda lainnya. Di hari berikutnya kita akan mendalami bagaimana Allah menciptakan benda-benda langut termasuk bintang-bintang sebagai penerang di malam hari. Baca Terciptanya Waktu Kondisi gelap dan terang juga memberikan gambaran kehidupan manusia. Manusia tanpa Roh Allah yang adalah terang pada dasarnya masih hidup di dalam kegelapan yang identik dengan kesengsaraan, kehancuran, kematian, kesedihan, kejahatan dan ketidakjelasan. Tanpa Roh Allah manusia hidup tanpa pengharapan, hidup di dalam kejenuhan, cenderung melakukan kejahatan dan pada akhirnya menuju kepada kematian kekal. Namun manusia yang memiliki Allah, memiliki terang yang identik dengan kehidupan. Bagaimana manusia dapat memiliki terang? Hanya dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, seseorang dapat menerima Roh Allah yang menghidupkan Efesus 113. Yesus Kristus yang adalah terang yang sejati diwakili oleh Roh Kudus hadir di dalam kehidupan seseorang yang percaya kepadaNya. Roh akan memberikan kehidupan dengan menuntun orang percaya keluar dari kegelapan, memberikan kekuatan, sukacita dan keselamatan yang kekal. Tinggal di dalam terang yang sejati otomatis menyingkirkan kegelapan selama-lamanya. Inspirasi Seperti apakah hidup Anda? Sudahkah Roh Allah tinggal di dalam hidup Anda? Sudahkah memiliki Yesus Kristus sang terang yang sejati? ZK Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut
. 483 377 147 93 497 76 149 39